REVIEW BIMA-X Satria Garuda Episode 43 (Minggu, 7 Juli 2015)


Ehem, sebelumnya saya mau promosi terselubung dulu nih hahaha, temen-temen jangan lupa ya mampir ke fanpage SAMAEL SAGA, baca juga ceritanya dengan klik link di bawah ini :


Saya belum sempat mengutarakan kekaguman saya terhadap performa luar biasa yang ditampilkan pemeran Rena Iskandar, Stella Cornelia, pada episode minggu lalu. Nah, mumpung minggu ini Stella tampil lagi dengan setelah jubah plus kunai ala naruto, wkwkwkwk, saya akan sedikit curhat, eh maksudnya mengulas soal penampilan saik alias asik dari eks member JKT48 itu.
Pada minggu lalu saya memang dibuat terkesima oleh akting keren Stella. Pada awalnya saya sangsi kalo cewek ini bisa melakoni adegan berantem, meskipun dari sesi pertama sudah digembar-gemborkan bahwa demi berperan di serial BSG, dia harus rela berlatih bela diri. Kenapa saya sangsi? Karena Stella hampir nggak pernah terlihat berantem di sepanjang BSG season satu. Palingan dia cuma terlihat mukulin kombatan di episode terakhir, dan itu bagi saya terlihat biasa-biasa aja. But last week, oh my god, kesangsian saya terbantahkan dengan manis teman-teman!
Terbiasa melihat Stella memerankan Rena yang biasanya cuma mewek-mewek, teriak-teriak diganggu monster, atau ngomel-ngomel, saya dibuat kagum ketika Stella harus berakting sebagai Rena yang lain dari biasanya. Karakter tokoh Rena yang biasa saja ternyata menutupi kemampuan akting Stella yang ternyata cukup lumayan. Coba kita ingat kembali bagaimana Stella mengayunkan kunai di tangannya dengan begitu luwes, memutar badan lalu menendang tanpa terlihat kaku sedikitpun, lalu berlari seperti cewek yang kesurupan tanpa ragu. Jarang sekali saya melihat artis Indonesia melakukan adegan fighting dengan begitu bagus. Memang sih, kalo boleh ngebandingin,  apa yang Stella lakukan masih jauh di bawah Julie Estelle saat memerankan Hammer Girl di The Raid 2. Tetapi itu sudah di atas ekspektasi saya, ya itu tadi, karena selama ini Rena Iskandar hanya ditampilkan sebagai seorang adik bawel yang manja. Tampaknya pelatihan koreo yang dia dapat selama menjadi member JKT48 memberinya keuntungan tersendiri. Weh weh weh, jujur saya nggak keberatan kalo Stella muncul lagi di next satria series, tapi kudu banyakin berantemnya ya, biar enak dilihat hahahaha :v.
Oke cukup soal Stella dan Rena Iskandar yang mendadak garang. Sekarang kita bahas mengenai episode 43. Tidak diragukan lagi, Rena masih menjadi tokoh yang menyita perhatian saya, meskipun tidak sebesar episode minggu lalu. Pada episode ini penonton disuguhi drama mengharukan dari keluarga Iskandar yang baru bisa berkumpul setelah bertahun-tahun lamanya terpisah. Oke, bagian dimana Ibu Rena yang diculik memperlihatkan cincin bunga pemberian anaknya itu sebagai upaya untuk melepas pengaruh Lady Mossa memang cukup menyentuh. Siapa sih yang nggak haru melihat seorang Ibu yang nangis-nangis berusaha menyadarkan anaknya yang khilaf? Jangan ketawa, karena saya serius, saya memang tersentuh karena adegan itu, tapi, sayang sekali kenapa cincin bunga itu tidak jauh-jauh hari saja ditampilkan, sebagai kenangan Rena akan orang tuanya, misal? Itu bisa membuat emosi penonton lebih meluap-luap lagi. Hal serupa juga ingin saya pertanyakan soal flashback Randy kecil yang melindungi Rena kecil yang sedang diganggu. Saya tahu pesan dibalik kilas balik itu, yaitu betapa Randy begitu protektif dan peduli terhadap adik semata wayangnya. Tapi lagi-lagi kenapa kilas balik semacam itu tidak ditampilkan sebelum-sebelumnya?
Hal ini memang tidak terlalu berpengaruh banyak ke keseluruhan cerita, namun bisa mengaduk-aduk emosi penonton lebih dalam lagi andai saja adegan yang menjelaskan betapa kuatnya ikatan keluarga Iskandar ditampilkan di episode-episode sebelumnya, lebih intens, lebih banyak, bukan sekedar menjadi tempelan di episode yang bermuatan drama lebih banyak seperti episode minggu ini, yang akhirnya malah membuat kisah keluarga yang penuh haru ini kurang menggigit. Apalagi di episode-episode sebelumnya, Randy dan Rena jarang sekali mengenang kedua orang tuanya dengan kerinduan yang benar-benar ditunjukkan. Jadi hanya sekedar dua anak yang kangen sama orang tuanya dan selesai, begitu saja.
Ada hal lain yang membuat episode minggu ini menjadi anti klimaks. Kalo boleh saya mau bilang, menonton Bima X untuk kali ke 43 ini seperti memakan hotdog di pinggir jalan, yang saat sedang nikmat-nikmatnya menggigit roti yang dipadu dengan sosis besar yang hangat dan baru menggigit kurang dari seperempat bagiannya tiba-tiba ada jambret bermotor yang lewat dan merampas makanan lezat itu dari mulut saya tanpa permisi. Saya sedang membicarakan kematian Rena yang ditangguhkan wkwkwk :v.
Adegan dimana Lady Mossa yang tadinya berniat membunuh Randy, tapi digagalkan oleh Rena yang berakhir dengan tertusuknya gadis itu merupakan saat-saat dimana saya merasakan tensi yang (tadinya saya pikir) mulai meninggi dari serial ini. Kematian seorang tokoh yang begitu disayang oleh sang tokoh utama selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar tokusatsu khususnya, karena pada momen seperti itulah penonton dan juga tokoh utama merasakan emosi yang sama, marah! Yeah, saya juga merasakan itu saat menonton Bima X tadi dan Raihan Febrian bekerja dengan sangat baik di bagian ini. Dia sukses menampilkan kemarahan seorang kakak yang adiknya terbunuh di depan matanya, sukses menularkan apa yang seorang Randy rasakan kepada saya, apalagi saat dia berlari dengan penuh kemarahan ke arah Lady Mossa dan menyerangnya bertubi-tubi sampai salah satu Great Monster dari trio Death Phantom itu rubuh. Adegan itu menjadi salah satu adegan favorit saya setelah aksi bertarung Stella yang apik.
Tapi ya tetep aja ada yang merusak. Si jambret pencuri Hotdog saya tidak lain dan tidak bukan adalah dua tokoh utama dalam serial ini, Bima X dan Torga, lebih tepatnya Chris Loho dan Fernando Surya. Apa sih yang bikin mereka jadi tersangka? Jawabannya adalah intonasi suara mereka yang muncul tidak lama setelah Rena sekarat dan adegan yang tidak sesuai sikon.
Intonasi suara? Ya, coba ingat-ingat lagi ketika Bima X dan Torga bersiap-siap membalas Lady Mossa setelah Rena tewas. Betapa datarnya nada suara mereka, tidak berapi-api, tidak ada kemarahan di sana, malah mereka cenderung terdengar sangat kalem. Ini begitu berkebalikan ketika Ray dan Dimas yang telah kembali menjadi manusia setelah berhasil memukul mundur musuh-musuhnya datang pada jazad Rena dan terlihat begitu sedih dan terpukul, pun demikian pula dengan nada bicaranya.
Soal adegan yang tidak sesuai sikon? Temen-temen silakan mengingat lagi adegan dimana yang Rena sekarat memberikan dua Power Stone pada Bima X dan Torga. Temen-temen bisa menilai sendiri di mana anehnya.
Dan yang terakhir, seperti yang sudah saya katakan saat bicara masalah Hotdog yang dijambret di atas, faktor yang membuat episode ini anti klimaks adalah Rena yang batal mati. Saya akan meminjam perkataan teman saya yang juga seorang fans Satria Series sekaligus seorang kreator superhero. Fail Emotional Episode, hidup kembalinya hampir semua monster secara berulang-ulang di serial ini masih bisa dimaklumi karena mungkin ada alasan kuat seperti dana yang mepet (maaf ya :D) atau alasan lainnya. Tapi batal mematikan salah satu tokoh sentral? Kata temen saya itu sih
“Well… don’t you have a balls to kill off good character aren’t you Mr. Reino?”
Saya, teman saya, dan mungkin beberapa fans Satria Series berharap pada serial berikutnya para kru, terutama script writer, lebih berani lagi mengambil langkah ini. Karena dengan membunuh tokoh yang begitu dekat dengan main character akan memberi daya tarik tersendiri, seperti yang sudah saya singgung sebelumnya. Tidak hanya itu, penonton, terutama anak-anak, bisa belajar bahwa superheropun bisa gagal, bahwa keberhasilan besar terkadang harus diawali dengan kehilangan yang begitu besar pula, bahwa kehilangan seseorang yang begitu berarti bisa membuat kita menunduk begitu rendah namun bisa membuat kita berdiri jauh lebih tinggi dari sebelumnya :)
Terima kasih telah membaca artikel tentang REVIEW BIMA-X Satria Garuda Episode 43 (Minggu, 7 Juli 2015) di blog Jendela Adelard jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :