Ehem, sebelumnya saya mau promosi terselubung dulu nih hahaha, temen-temen jangan lupa ya mampir ke fanpage SAMAEL SAGA, baca juga ceritanya dengan klik link di bawah ini :
Saya belum
sempat mengutarakan kekaguman saya terhadap performa luar biasa yang
ditampilkan pemeran Rena Iskandar, Stella Cornelia, pada episode minggu lalu. Nah,
mumpung minggu ini Stella tampil lagi dengan setelah jubah plus kunai ala
naruto, wkwkwkwk, saya akan sedikit curhat, eh maksudnya mengulas soal
penampilan saik alias asik dari eks member JKT48 itu.
Pada minggu
lalu saya memang dibuat terkesima oleh akting keren Stella. Pada awalnya saya
sangsi kalo cewek ini bisa melakoni adegan berantem, meskipun dari sesi pertama
sudah digembar-gemborkan bahwa demi berperan di serial BSG, dia harus rela
berlatih bela diri. Kenapa saya sangsi? Karena Stella hampir nggak pernah
terlihat berantem di sepanjang BSG season satu. Palingan dia cuma terlihat
mukulin kombatan di episode terakhir, dan itu bagi saya terlihat biasa-biasa
aja. But last week, oh my god, kesangsian saya terbantahkan dengan manis
teman-teman!
Terbiasa melihat
Stella memerankan Rena yang biasanya cuma mewek-mewek, teriak-teriak diganggu
monster, atau ngomel-ngomel, saya dibuat kagum ketika Stella harus berakting
sebagai Rena yang lain dari biasanya. Karakter tokoh Rena yang biasa saja
ternyata menutupi kemampuan akting Stella yang ternyata cukup lumayan. Coba kita
ingat kembali bagaimana Stella mengayunkan kunai di tangannya dengan begitu
luwes, memutar badan lalu menendang tanpa terlihat kaku sedikitpun, lalu
berlari seperti cewek yang kesurupan tanpa ragu. Jarang sekali saya melihat
artis Indonesia melakukan adegan fighting dengan begitu bagus. Memang sih, kalo
boleh ngebandingin, apa yang Stella
lakukan masih jauh di bawah Julie Estelle saat memerankan Hammer Girl di The
Raid 2. Tetapi itu sudah di atas ekspektasi saya, ya itu tadi, karena selama
ini Rena Iskandar hanya ditampilkan sebagai seorang adik bawel yang manja. Tampaknya
pelatihan koreo yang dia dapat selama menjadi member JKT48 memberinya
keuntungan tersendiri. Weh weh weh, jujur saya nggak keberatan kalo Stella
muncul lagi di next satria series, tapi kudu banyakin berantemnya ya, biar enak
dilihat hahahaha :v.
Oke cukup
soal Stella dan Rena Iskandar yang mendadak garang. Sekarang kita bahas
mengenai episode 43. Tidak diragukan lagi, Rena masih menjadi tokoh yang
menyita perhatian saya, meskipun tidak sebesar episode minggu lalu. Pada episode
ini penonton disuguhi drama mengharukan dari keluarga Iskandar yang baru bisa
berkumpul setelah bertahun-tahun lamanya terpisah. Oke, bagian dimana Ibu Rena
yang diculik memperlihatkan cincin bunga pemberian anaknya itu sebagai upaya
untuk melepas pengaruh Lady Mossa memang cukup menyentuh. Siapa sih yang nggak
haru melihat seorang Ibu yang nangis-nangis berusaha menyadarkan anaknya yang
khilaf? Jangan ketawa, karena saya serius, saya memang tersentuh karena adegan
itu, tapi, sayang sekali kenapa cincin bunga itu tidak jauh-jauh hari saja
ditampilkan, sebagai kenangan Rena akan orang tuanya, misal? Itu bisa membuat
emosi penonton lebih meluap-luap lagi. Hal serupa juga ingin saya pertanyakan
soal flashback Randy kecil yang melindungi Rena kecil yang sedang diganggu. Saya
tahu pesan dibalik kilas balik itu, yaitu betapa Randy begitu protektif dan
peduli terhadap adik semata wayangnya. Tapi lagi-lagi kenapa kilas balik
semacam itu tidak ditampilkan sebelum-sebelumnya?
Hal ini
memang tidak terlalu berpengaruh banyak ke keseluruhan cerita, namun bisa
mengaduk-aduk emosi penonton lebih dalam lagi andai saja adegan yang
menjelaskan betapa kuatnya ikatan keluarga Iskandar ditampilkan di
episode-episode sebelumnya, lebih intens, lebih banyak, bukan sekedar menjadi
tempelan di episode yang bermuatan drama lebih banyak seperti episode minggu
ini, yang akhirnya malah membuat kisah keluarga yang penuh haru ini kurang
menggigit. Apalagi di episode-episode sebelumnya, Randy dan Rena jarang sekali
mengenang kedua orang tuanya dengan kerinduan yang benar-benar ditunjukkan. Jadi
hanya sekedar dua anak yang kangen sama orang tuanya dan selesai, begitu saja.
Ada hal lain
yang membuat episode minggu ini menjadi anti klimaks. Kalo boleh saya mau
bilang, menonton Bima X untuk kali ke 43 ini seperti memakan hotdog di pinggir
jalan, yang saat sedang nikmat-nikmatnya menggigit roti yang dipadu dengan
sosis besar yang hangat dan baru menggigit kurang dari seperempat bagiannya
tiba-tiba ada jambret bermotor yang lewat dan merampas makanan lezat itu dari
mulut saya tanpa permisi. Saya sedang membicarakan kematian Rena yang
ditangguhkan wkwkwk :v.
Adegan dimana
Lady Mossa yang tadinya berniat membunuh Randy, tapi digagalkan oleh Rena yang
berakhir dengan tertusuknya gadis itu merupakan saat-saat dimana saya merasakan
tensi yang (tadinya saya pikir) mulai meninggi dari serial ini. Kematian seorang
tokoh yang begitu disayang oleh sang tokoh utama selalu menjadi daya tarik
tersendiri bagi penggemar tokusatsu khususnya, karena pada momen seperti itulah
penonton dan juga tokoh utama merasakan emosi yang sama, marah! Yeah, saya juga
merasakan itu saat menonton Bima X tadi dan Raihan Febrian bekerja dengan
sangat baik di bagian ini. Dia sukses menampilkan kemarahan seorang kakak yang
adiknya terbunuh di depan matanya, sukses menularkan apa yang seorang Randy
rasakan kepada saya, apalagi saat dia berlari dengan penuh kemarahan ke arah
Lady Mossa dan menyerangnya bertubi-tubi sampai salah satu Great Monster dari
trio Death Phantom itu rubuh. Adegan itu menjadi salah satu adegan favorit saya
setelah aksi bertarung Stella yang apik.
Tapi ya tetep
aja ada yang merusak. Si jambret pencuri Hotdog saya tidak lain dan tidak bukan
adalah dua tokoh utama dalam serial ini, Bima X dan Torga, lebih tepatnya Chris
Loho dan Fernando Surya. Apa sih yang bikin mereka jadi tersangka? Jawabannya adalah
intonasi suara mereka yang muncul tidak lama setelah Rena sekarat dan adegan
yang tidak sesuai sikon.
Intonasi suara?
Ya, coba ingat-ingat lagi ketika Bima X dan Torga bersiap-siap membalas Lady
Mossa setelah Rena tewas. Betapa datarnya nada suara mereka, tidak berapi-api, tidak
ada kemarahan di sana, malah mereka cenderung terdengar sangat kalem. Ini begitu
berkebalikan ketika Ray dan Dimas yang telah kembali menjadi manusia setelah
berhasil memukul mundur musuh-musuhnya datang pada jazad Rena dan terlihat
begitu sedih dan terpukul, pun demikian pula dengan nada bicaranya.
Soal adegan
yang tidak sesuai sikon? Temen-temen silakan mengingat lagi adegan dimana yang Rena
sekarat memberikan dua Power Stone pada Bima X dan Torga. Temen-temen bisa
menilai sendiri di mana anehnya.
Dan yang
terakhir, seperti yang sudah saya katakan saat bicara masalah Hotdog yang
dijambret di atas, faktor yang membuat episode ini anti klimaks adalah Rena
yang batal mati. Saya akan meminjam perkataan teman saya yang juga seorang fans
Satria Series sekaligus seorang kreator superhero. Fail Emotional Episode,
hidup kembalinya hampir semua monster secara berulang-ulang di serial ini masih
bisa dimaklumi karena mungkin ada alasan kuat seperti dana yang mepet (maaf ya
:D) atau alasan lainnya. Tapi batal mematikan salah satu tokoh sentral? Kata temen
saya itu sih
“Well… don’t
you have a balls to kill off good character aren’t you Mr. Reino?”
Saya, teman
saya, dan mungkin beberapa fans Satria Series berharap pada serial berikutnya
para kru, terutama script writer, lebih berani lagi mengambil langkah ini. Karena
dengan membunuh tokoh yang begitu dekat dengan main character akan memberi daya
tarik tersendiri, seperti yang sudah saya singgung sebelumnya. Tidak hanya itu,
penonton, terutama anak-anak, bisa belajar bahwa superheropun bisa gagal, bahwa
keberhasilan besar terkadang harus diawali dengan kehilangan yang begitu besar
pula, bahwa kehilangan seseorang yang begitu berarti bisa membuat kita menunduk
begitu rendah namun bisa membuat kita berdiri jauh lebih tinggi dari sebelumnya :)
Terima kasih telah membaca artikel tentang REVIEW BIMA-X Satria Garuda Episode 43 (Minggu, 7 Juli 2015) di blog Jendela Adelard jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.