Minggu ini anak-anak (dan juga saya :D) kembali disuguhi dengan serial
Tokusatsu Indonesia, hasil kolaborasi MNC TV dan Ishinomori Pro, Satria Garuda
BIMA-X. Minggu ini, serial superhero ini masuk ke episode kedua dari
serangkaian serialnya dan merupakan episode ke 3 sejak episode spesialnya
tayang dua pekan lalu. Namun saya tetap menganggap episode minggu ini adalah
episode ke 2, karena kemunculan perdana BIMA-X di TV yang ditandai dengan
tayangan berembel-embel ‘The Movie’ membuat saya menganggapnya sebagai bagian
lain, part yang berbeda, berdiri sendiri, mandiri, tidak bergantung pada orang
lain, otonom... Halah, mulai ngawur...
Ehem, oke kita
mulai masuk saja ke topik utama (sebelum saya mulai ngelantur lagi).
Pada episode ini
diceritakan bahwa Death Phantom mulai mengacau lagi dengan membuat sebuah
gunung meletus. Diharapkan, dengan meletusnya gunung itu, maka orang-orang yang
tinggal di sekitar gunung akan musnah. Itulah kurang lebih yang saya tangkap
saat Bima-X ngobrol santai, eh maksudnya ngobrol sambil berantem, dengan
Bachyura yang hidup lagi. Monster kepiting itu mengatakan bahwa misi yang
diembannya bukan untuk mencari, merebut atau mendapatkan Power Stone, tapi
untuk memusnahkan umat manusia sebelum merebut Bumi (Misi yang terdengar sangat
jahat. Seharusnya sebelum tayangan dimulai, Azazel yang kebagian tugas memberi
nasihat pada anak-anak di bagian prolog memberitahu penonton agar tidak
mendengarkan ucapannya Bachyura :D)
Maka setelah menonton
berita di TV tentang meletusnya gunung berapi itu, Ray dan Reza memutuskan
untuk melakukan penyelidikan. Tentu saja urusannya tidak segampang membalikkan
telapak tangan karena saat hendak memasuki kawasan gunung yang dipagari dengan
Police Line mereka dihardik oleh sosok yang mengejutkan, seorang Satpam! Bagaimana
bisa seorang satpam berjaga di sekitar gunung yang sedang kritis? Entahlah,
mungkin Reza Alamsyah, sang menteri yang memiliki wewenang mengurus bencana itu
kebingungan sehingga mengirim para Satpam alih-alih orang-orang yang
berkompeten di departemennya untuk berjaga di kaki gunung.
Adegan saat Ray
dan Reza yang hendak menerobos Police Line, yang akhirnya menampilkan Satpam
kesasar yang sok ngatur itu memang cukup menarik perhatian saya karena dari
adegan yang tidak terlalu panjang itu ada beberapa hal yang patut untuk diulas.
Pertama tentu saja sepak terjang si satpam. Tokoh figuran yang dialog galaknya
terkesan ‘maksa banget’ itu membuat suasana
santai dan sedikit humoris yang coba dibangun oleh tokoh Ray menjadi gagal
total dan, kalo anak zaman sekarang bilang, Gaje.
Yang kedua adalah
kemunculan tokoh Ricca yang diperankan oleh Thalia yang merupakan member dari
tim KIII JKT48. Sekedar mengingatkan, tokoh Ricca pertama kali tampil di
episode spesial BIMA-X yang lalu. Kemunculannya misterius, sehingga cukup
menarik perhatian saya. Untuk Thalia, saya tidak mengerti kenapa dia yang
terpilih memerankan tokoh Ricca. Mungkin berperan sebagai Ricca adalah
pengalaman pertamanya di dunia akting, karena setahu saya selama ini dia hanya
dikenal sebagai member JKT48 dan hanya tampil di TV sebagai penyanyi. Hal ini,
bagi saya, sedikit banyak mempengaruhi kualitas akting gadis yang akrab
dipanggil Tata ini. Aktingnya memang tidak buruk, namun juga tidak bisa
dibilang memuaskan. Selain gesture tubuh yang masih terlihat kaku, artikulasinya
pada saat berdialogpun agak kurang bagus dan terkesan ‘belibet’ sehingga saya
bisa merasakan bahwa member generasi kedua dari idol grup yang cukup populer di
indonesia ini cukup grogi :D. Jika Thalia tidak segera meningkatkan kualitas
aktingnya, maka tokoh Ricca yang memiliki karakter menarik ini hanya akan jadi
pelengkap yang gagal saja.
Salah satu bagian
yang saya tunggu-tunggu dari episode ini adalah pertarungan Azazel VS kepiting
raksasa yang semula mengacau di dalam kawah Candradimuka, eh salah, maksudnya
kawah gunung berapi itu. Meskipun mengingatkan saya pada Kamen Rider Hibiki, namun
adegan pertarungan mereka terasa lebih menarik ketimbang pertarungan antara
Bima-X melawan Bachyura. Asyik sekali melihat bagaimana Azazel memotong kedua
capit si monster raksasa dan menghabisi lawannya dengan menghujamkan Taranis ke
punggung bercangkang si monster.
Secara keseluruhan
saya harus mengatakan bahwa tidak ada yang terlalu spesial di episode ini. Bahkan
beberapa bagian terlihat begitu aneh bagi saya, salah satunya adalah fakta
bahwa Azazel ternyata bisa terbang. Lantas kenapa Reza justru memilih bersusah
payah mendaki gunung tanpa bertransformasi? Padahal jika dia berubah menjadi
Azazel, dia bisa sampai ke puncak gunung lebih cepat kan? Saya hanya bisa
menyimpulkan bahwa bahkan seorang superhero sekalipun harus tetap berjuang
untuk meraih keinginannya dengan kekuatannya sendiri.
Dan bukankah berusaha mencapai puncak sebagai seorang
manusia dengan perjuangan seorang manusia dan tekad kuat seorang manusia hasilnya akan
terasa lebih manis?
Terima kasih telah membaca artikel tentang REVIEW BIMA-X Satria Garuda Episode 2 (Minggu, 21 September 2014) di blog Jendela Adelard jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.