REVIEW BIMA-X Satria Garuda Episode 2 (Minggu, 21 September 2014)

Minggu ini anak-anak (dan juga saya :D) kembali disuguhi dengan serial Tokusatsu Indonesia, hasil kolaborasi MNC TV dan Ishinomori Pro, Satria Garuda BIMA-X. Minggu ini, serial superhero ini masuk ke episode kedua dari serangkaian serialnya dan merupakan episode ke 3 sejak episode spesialnya tayang dua pekan lalu. Namun saya tetap menganggap episode minggu ini adalah episode ke 2, karena kemunculan perdana BIMA-X di TV yang ditandai dengan tayangan berembel-embel ‘The Movie’ membuat saya menganggapnya sebagai bagian lain, part yang berbeda, berdiri sendiri, mandiri, tidak bergantung pada orang lain, otonom... Halah, mulai ngawur...

Ehem, oke kita mulai masuk saja ke topik utama (sebelum saya mulai ngelantur lagi).

Pada episode ini diceritakan bahwa Death Phantom mulai mengacau lagi dengan membuat sebuah gunung meletus. Diharapkan, dengan meletusnya gunung itu, maka orang-orang yang tinggal di sekitar gunung akan musnah. Itulah kurang lebih yang saya tangkap saat Bima-X ngobrol santai, eh maksudnya ngobrol sambil berantem, dengan Bachyura yang hidup lagi. Monster kepiting itu mengatakan bahwa misi yang diembannya bukan untuk mencari, merebut atau mendapatkan Power Stone, tapi untuk memusnahkan umat manusia sebelum merebut Bumi (Misi yang terdengar sangat jahat. Seharusnya sebelum tayangan dimulai, Azazel yang kebagian tugas memberi nasihat pada anak-anak di bagian prolog memberitahu penonton agar tidak mendengarkan ucapannya Bachyura :D)

Maka setelah menonton berita di TV tentang meletusnya gunung berapi itu, Ray dan Reza memutuskan untuk melakukan penyelidikan. Tentu saja urusannya tidak segampang membalikkan telapak tangan karena saat hendak memasuki kawasan gunung yang dipagari dengan Police Line mereka dihardik oleh sosok yang mengejutkan, seorang Satpam! Bagaimana bisa seorang satpam berjaga di sekitar gunung yang sedang kritis? Entahlah, mungkin Reza Alamsyah, sang menteri yang memiliki wewenang mengurus bencana itu kebingungan sehingga mengirim para Satpam alih-alih orang-orang yang berkompeten di departemennya untuk berjaga di kaki gunung.

Adegan saat Ray dan Reza yang hendak menerobos Police Line, yang akhirnya menampilkan Satpam kesasar yang sok ngatur itu memang cukup menarik perhatian saya karena dari adegan yang tidak terlalu panjang itu ada beberapa hal yang patut untuk diulas. Pertama tentu saja sepak terjang si satpam. Tokoh figuran yang dialog galaknya terkesan ‘maksa banget’ itu membuat  suasana santai dan sedikit humoris yang coba dibangun oleh tokoh Ray menjadi gagal total dan, kalo anak zaman sekarang bilang, Gaje.

Yang kedua adalah kemunculan tokoh Ricca yang diperankan oleh Thalia yang merupakan member dari tim KIII JKT48. Sekedar mengingatkan, tokoh Ricca pertama kali tampil di episode spesial BIMA-X yang lalu. Kemunculannya misterius, sehingga cukup menarik perhatian saya. Untuk Thalia, saya tidak mengerti kenapa dia yang terpilih memerankan tokoh Ricca. Mungkin berperan sebagai Ricca adalah pengalaman pertamanya di dunia akting, karena setahu saya selama ini dia hanya dikenal sebagai member JKT48 dan hanya tampil di TV sebagai penyanyi. Hal ini, bagi saya, sedikit banyak mempengaruhi kualitas akting gadis yang akrab dipanggil Tata ini. Aktingnya memang tidak buruk, namun juga tidak bisa dibilang memuaskan. Selain gesture tubuh yang masih terlihat kaku, artikulasinya pada saat berdialogpun agak kurang bagus dan terkesan ‘belibet’ sehingga saya bisa merasakan bahwa member generasi kedua dari idol grup yang cukup populer di indonesia ini cukup grogi :D. Jika Thalia tidak segera meningkatkan kualitas aktingnya, maka tokoh Ricca yang memiliki karakter menarik ini hanya akan jadi pelengkap yang gagal saja.

Salah satu bagian yang saya tunggu-tunggu dari episode ini adalah pertarungan Azazel VS kepiting raksasa yang semula mengacau di dalam kawah Candradimuka, eh salah, maksudnya kawah gunung berapi itu. Meskipun mengingatkan saya pada Kamen Rider Hibiki, namun adegan pertarungan mereka terasa lebih menarik ketimbang pertarungan antara Bima-X melawan Bachyura. Asyik sekali melihat bagaimana Azazel memotong kedua capit si monster raksasa dan menghabisi lawannya dengan menghujamkan Taranis ke punggung bercangkang si monster.

Secara keseluruhan saya harus mengatakan bahwa tidak ada yang terlalu spesial di episode ini. Bahkan beberapa bagian terlihat begitu aneh bagi saya, salah satunya adalah fakta bahwa Azazel ternyata bisa terbang. Lantas kenapa Reza justru memilih bersusah payah mendaki gunung tanpa bertransformasi? Padahal jika dia berubah menjadi Azazel, dia bisa sampai ke puncak gunung lebih cepat kan? Saya hanya bisa menyimpulkan bahwa bahkan seorang superhero sekalipun harus tetap berjuang untuk meraih keinginannya dengan kekuatannya sendiri.

Dan bukankah berusaha mencapai puncak sebagai seorang manusia dengan perjuangan seorang manusia dan tekad kuat seorang manusia hasilnya akan terasa lebih manis?
Terima kasih telah membaca artikel tentang REVIEW BIMA-X Satria Garuda Episode 2 (Minggu, 21 September 2014) di blog Jendela Adelard jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :